Selasa, 16 Agustus 2011

Memperkokoh Reposisi Pesantren Di Era Globalisasi

Oleh: Ahmad Fatah, S. Pd.I, M.S.I.
Pesantren adalah model lembaga pendidikan Islam pertama yang mendukung kelangsungan sistem pendidikan nasional. Secara historis, pesantren tidak hanya mengandung makna keislaman, tetapi juga keaslian Indonesia. Seperi dikatakan A. Malik Fadjar, pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang memiilki watak indegenous (pribumi) yang ada sejak kekuasaan Hindu-Budha dan menemukan formulasinya yang jelas ketika Islam berusaha mengadaptasikan keislamannya. Sejarah yang mengakar dan panjang inilah yang membuat pesantren memiliki peran dan memberikan kontribusi penting dalam sejarah perkembangan pembangunan Indonesia.
Dewasa ini pandangan masyarakat umum terhadap dunia pesantren dapat dibedakan menjadi dua macam. Pertama, masyarakat yang menyangsikan eksistensi pesantren dan relevansi lembaga pesantren dalam menghadapi masa depan dan modernitas. Kedua, masyarakat yang menaruh perhatian (concern) sekaligus memiliki ekspektasi yang kuat terhadap eksistensi pesantren. Oleh karena itu, pertanyaan yang muncul adalah bagaimana pesantren membangun jati diri dan tradisi dalam mengahadapi era globalisasi? Dan bagaimana pula mereposisi pesantren dalam konteks pendidikan Islam dan sosial keagamaan kontemporer? Tulisan ini hanya memberikan deskripsi awal mengenai dua permasalahan pokok diatas.
Nilai-nilai Pesantren
Pada dasarnya pesantren dibangun atas keinginan bersama dua komunitas yang saling bertemu. Yaitu komunitas santri yang  ingin menimba ilmu sebagai bekal hidup dan kiai/guru yang secara ikhlas mengajarkan ilmu dan pengalamannya. Relasi didaktik dan sosial ini saling melengkapi dilingkungan pesantren. Untuk membangun jati diri, pesantren menjadi kokoh karena dijiwai dengan apa yang dikenal dengan panca-jiwa pesantren. Pertama, jiwa keikhlasan. Kedua, jiwa kesederhanaan. Ketiga, jiwa kemandirian. Keempat, jiwa bebas. Kelima, jiwa ukhuwwah (solidaritas).
Sejumlah nilai diatas menjadikan pesantren eksis sepanjang sejarah kehidupan dan dinamika zaman. Nilai kemandirian sebagai pondasi eksistensial pesantren merupakan nilai utama yang paling signifikan bagi perubahan sosial (social change) dan budaya yang otonom (autonamous culture). Pesantren dengan panca jiwanya telah banyak memainkan peran sebagai creative cultural makers dimasyarakat. Inilah yang sebenarnya sebagai modal dasar pesantren untuk mengembangkan dan memperkokoh reposisi pesantren.
Reposisi Pesantren
Sejak abad ke-20 M pesantren baru mereposisi diri kearah sistem pendidikan yang berorientasi masa depan dengan tanpa menghilangkan tradisi-tradsi baik sebelumnya. Sejak 1970-an misalnya, pesantren mulai mengajarkan pendidikan keterampilan diberbagai bidang, misalnya menjahit, pertukangan, perbengkelan, peternakan dan sebagainya. Bahkan dewasa ini, dengan munculnya pesantren-pesantren modern juga mengajarkan keterampilan bahasa asing, desain grafis, elektronika, bahkan merakit laptop (komputer jinjing). Hal inilah yang perlu diformulasikan dalam inovasi kurikulum pesantren dan perlu dikembangkan secara integratif dan sinergis. Inovasi kurikulum sangat penting, karena kurikulum adalah `ruh` dalam suatu proses pendidikan. Dan inovasi dibutuhkan karena tuntutan zaman dan kebutuhan yang semakain kompleks. Disisi lain, perlu juga dikembangkan dan diwacanakan manajemen berbasis pesantren, sebagai konsekuensi logis dalam mengahadapi modernitas dan peningkatan mutu pesantren.
Upaya diatas tentu tidak mudah direalisasikan, mengingat problematika modernitas yang semakin kompleks dan problem-problem pesantren juga semakin variatif. Problem penyakit dikotomi, paradigma pendidikan, manajemen dan persepsi `miring` terhadap pesantren merupakan `pekerjaan rumah` yang harus segera diselesaikan. Disisi lain, problem modernitas dan westernisasi yang semakin gencar juga menjadi tantangan sekaligus peluang bagi pesantren untuk menunjukkan eksistensinya. Semoga upaya inovasi kurikulum, manajemen berbasis pesantren dan upaya mendialogkan salaf-modern mampu menjadi solusi bagi perkembangan pesantren dalam menghadapi masa depan. Wallahu A`lam bish Showab.

0 komentar:

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | JCPenney Coupons