Jumat, 08 Juli 2011

Mengendus Aroma Plagiasi Di Kampus Stai Pati

Ahad (19/12/2010) adalah salah satu moment bagi STAI Pati. Pasalnya pada hari itu STAI Pati telah mewisuda mahasiswanya. Tapi siapa sangka, skripsi sebagaisebagai tugas akhir yang menjadi salah satu syarat untuk menyandang gelar wisuda diindikasikan terdapat  praktik kecurangan dalam penyusunannya. 
Isu tersebut tidaklah omong kosong.  Diakui oleh sejumlah pihak baik dari dosen pembimbing maupun sebagian mahasiswa adanya plagiasi dalam pembuatan skripsi. “Ya, benar, saya tidak menafikan hal itu, tapi

sangat sulit untuk mencari bukti-bukti”, ungkap Ketua STAI Pati, Drs. H. Dahwan Hadi, MSI, ketika ditemui redaksi  (16/1)di kediamannya.
Adanya kasus plagiasi bukanlah hal baru dalam perguruan tinggi. Banyak ditemukan tugas-tugas mahasiswa yang merupakan hasil copy-paste dari hasil karya orang lain. Lingkupnya pun tidak hanya di STAIP, tetapi –bisa dikatakan- hampir seluruh Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia.
Model plagiasi yang dilakukan oleh mahasiswa pada penyusunan skipsi beraneka ragam. Ada yang mengambil isi beberapa skipsi lalu menggabungkannya. Misalnya dari skipsi A 50 % dan dari skipsi B 50 %. Ada mengambil satu bagian tertentu saja. Ada yang mengambil secara utuh tapi obyek penelitiannya dan sampelnya saja yang diganti. Bahkan yang paling parah ada juga yang membeli dari oknum pembuat skripsi dengan harga tertentu.
Menurut Ketua STAI Pati, apa yang dilakukan oleh sebagian mahasiswanya dalam  penyusunan tugas akhir bukanlah tergolong plagiasi. Beliau mengistilahkannya dengan “merangkum” atau sifatnya assembling. Alasannya, meskipun merangkum dari beberapa sumber, tapi isi skripsi masih dalam kapasitas alur pikiran mahasiswa.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh salah seorang pembimbing skripsi, Ambarwati, M.Ag. Ya, plagiasi, tapi tidak secara total, dari segi pernyataan teori sama, tapi lokasinya dan sampelnya berbeda”, ungkapnya.
Memang sejauh ini belum ditemukan skripsi yang nyata-nyata hasil palgiasi. Kasus yang pernah ditemukan adalah sebuah skripsi yang misalnya obyek penelitiannya di lokasi A, tapi isinya di lokasi B. Kemungkinan besar ini terjadi dikarenakan kelalaian penyusun.
Maraknya kasus plagiasi di pergurun tinggi adalah disebabkan antara lain kurang siapnya mahasiswa menerima kuliah.  Di sisi lain mereka ingin cepat lulus. Di tambah lagi banyaknya mahasiswa STAIP yang kuliah sambil kerja part time menyebabkan mereka harus membagi waktu mereka untuk pekerjaan, rumah tangga dan kuliah. Akhirnya mereka ingin seuatu yang praktis agar biar cepat lulus.
Ketika disinggung masalah banyaknya palgiasi dikalangan mahasiswa dengan minimnya literatur di STAIP, ketua STAIP mengatakan tidak ada keterkaitannya. Hal serupa juga disampaikan oleh Ambarwati, MAg, bahwa kelengakapan literatur tidak ada kaitan yang cukup krusial dengan praktik plagiasi dalam pembuatan skripsi.  Meski demikian, pernyataan berbeda disampaikan oleh Minan Zuhri, wisudawan terbaik STAIP  tahun 2010 ini mengatakan  bahwa fasilitas literature sangat berkaitan dengan adanya plagiasi di STAI Pati.
Sejauh ini memang skripsi hasil dari mahasiswa STAI Pati memang mayoritas berupa penelitian kuantitafif daripada yang kaulitatif.  Hal ini sangat memungkinkan mereka lebih mudah untuk melakukan plagiasi. Alasannya karena skripsi jenis penelitian kualitatif lebih mudah, lebih praktis dan banyak sekali jumlahnya sehingga mudah untuk didapatkan. Selanjutnya mereka tinggal merubah obyek dan variabelnya saja.





0 komentar:

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | JCPenney Coupons