Senin, 15 Agustus 2011

Kecerdasan Emosional Entrepreneur

Mengapa kecerdasan emosional seorang Entrepreneur juga saya ungkap di artikel ini? Itu karena, saya sendiri ikut merasakan, bahwa kesuksesan bisnis memang sangat berkaitan langsung dengan kecerdasan emosi Entrepreneurnya. Maka, tak ada salahnya kalau faktor kecerdasan emosional itu perlu kita kedepankan. Bahkan, itu mutlak kita miliki. Hal itu, saya pikir juga merupakan langkah tepat di dalam setiap kita ingin meraih keberhasilan bisnis, juga dalam kehidupan sehari-hari.
Orang yang pertama mengenalkan kecerdasan emosional adalah Daniel Goleman. Dalam bukunya “Emotional Intelligence” atau EQ, ia mengungkapkan, bahwa ada 5 wilayah kecerdasan emosi yaitu: mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenal emosi orang lain, dan membina hubungan. Artinya, jika kita memang mampu memahami, dan melaksanakan kelima wilayah utama kecerdasan emosi tersebut, maka semua perjalanan bisnis apapun yang kita lakukan akan lebih berpeluang berjalan mulus.
Harus dipahami, bahwa ada perbedaan antara kecerdasan emosional dengan kecerdasan intelektual (IQ). Goleman mengungkapkan, bahwa kecerdasan intelektual itu sesungguhnya merupakan keturunan seseorang yang tidak dapat diubah, karena pembawaan sejak lahir. Sedang kecerdasan emosional tidak demikian. Saya sendiri sependapat dengan Goleman, yang akhhirnya menyimpulkan, bahwa kecerdasan emosional adalah merupakan jembatan antara apa yang kita ketahui, dan apa yang kita lakukan. Dengan semakin tinggi kecerdasan emosional, kita akan semakin terampil melakukan apapun yang kita ketahui benar.
Saya yakin, Entrepreneur yang memiliki kecerdasan emosional optimal, akan lebih berpeluang mencapai puncak keberhasilannya. Sosok semacam ini sangat kita perlukan guna membangun masyarakat entrepreneur Indonesia. Entrepreneur yang memiliki kecerdasan emosional optimal, akan tetap menganggap, bahwa krisis itu adalah sebuah peluang.
Itulah sebabnya mengapa, Entrepreneur itu harus tetap jeli dalam memanfaatkan emosinya. Sebaliknya jika seseorang secara intelektual cerdas, kerapkali justru bukanlah seorang Entrepreneur yang berhasil dalam bisnis dan kehidupan pribadinya. Dia harus yakin, bahwa di dalam dunia bisnis saat ini maupun di masa mendatang, kecerdasan emosional akan lebih tetap berperan.
Maka dengan memiliki kecerdasan emosional yang optimal, akan lebih bisa mentransformasikan situasi sulit. Bahkan, kita juga semakin peka akan adanya peluang Entrepreneur dalam situasi apapun. Kalo kita memiliki kecerdasan emosional yang optimal, yakin akan mampu mengatasi berbagai konflik.
Orang yang benar-benar mengoptimalkan EQ, akan lebih jeli dalam melihat sebuah peluang. Ia akan lebih cekatan dalam bertindak dan lebih punya inisiatif. Atau, ia pun akan lebih siap dalam melakukan negosiasi bisnis. Lebih mampu melakukan langkah strategi bisnisnya, memiliki kepekaan, daya cipta, dan komitmen yang tinggi. Bahkan , ada pakar yang mengungkapkan, bahwa keberhasilan seseorang dalam bidang bisnis, 80% ditentukan oleh kecerdasan emosionalnya.
Banyak orang yang sukses menjadi Entereprenuer meski nilai akademiknya sedang sedang-sedang saja. Hal ini disebabkan, mereka yang lulus dengan nilai sedang itu sebagian besar memiliki kecerdasan emosional optimal. Lantaran kecerdasan emosional yang optimal inilah yang justru mendorongnya untuk menjadi Entrepreneur yang kreatif. Contohnya adalah Bill Gates, seorang supermiliarder di Amerika Serikat. Dia adalah pemilik perusahaan perangkat lunak Microsoft. Saat Bill Gates kuliah di Harvard Business School, ia merasa tidak mendapat pengetahuan apa-apa. Akhirnya ia putuskan berhenti kuliah. Namun meski drop-out dari Harvard, Bill dikenal sebagai penyumbang dana terbesar bagi universitasnya.
Hal yang sama juga terjadi pada Steven K. Scout. Saat ini dia dikenal sebagai miliarder di Amerika Serikat. Ketika masih di sekolah, Steven tidak pintar. Dai tidak populer di sekolahnya. Namun, sekarang Steven berhasil menjadi pengusaha yang bergerak di bidang bisnis pemasaran nomor satu di Amerika Serikat.
Saya yakin, Entrepreneur itu memang perlu kecerdasan emosional yang optimal. Nilai akademis saat studi tidak harus tinggi. Sulit bagi seseorang untuk menjadi Entrepreneur, meski memiliki kecerdasan intelektual tinggi, tetapi kecerdasan emosionalnya rendah. Lantas apakah Anda ingin memiliki kecerdasan emosional yang optimal? Itu bisa dipelajari, dilatih, dan bisa dikembangkan. Oleh karena semuanya itu proses yang membutuhkan waktu, ketentuan, dan semangat tinggi. Berani mencoba? Silahkan.

0 komentar:

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | JCPenney Coupons